paroki padang bulan

Pengantaraan Maria sebagai Bunda

Belajar dari iman dan kedinaan Bunda MariaPenutupan Bulan Rosario

Pengantar     

Devosi kepada Maria dalam Gereja Katolik memiliki tempat yang istimewa: seperti Novena tiga kali salam Maria, Rosario, Ziarah ke Gua Maria, Litani Bunda Maria, dll. Dalam bagian kedua doa Salam Maria: Santa Maria Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati, mengandung makna Bunda Maria sebagai Pengantaraan. Sepenggal doa dalam novena 3 kali Salam Maria berbunyi: “Bunda Perawan yang penuh kebaikan, lembut hati dan manis, belum pernah engkau membiarkan yang datang mohon pertolonganmu. Atas kerahiman dan kebaikanmu, aku mengharap dengan sangat anugerah Roh Kudus dari padamu… ”. Maria menjadi Bunda Pengantara. Selanjutnya dalam doa litany dan doa-doa yang disampaikan melalui Bunda Maria kita selalu mendoakan: Bunda Maria Doakanlah kami.

Pengantaraan Maria berkaitan erat dengan peran Maria sebagai ibu Yesus, walaupun “semua pengaruh perawan yang terberkati dalam tata penyelamatan berasal dari kehendak hati Allah. Semua mengalir darikepenuhan jasa-jasa Kristus, bertumpuk pada kepengantaraan-Nya, tergantung sama sekali pada-Nyadan mendapatkan kuasa itu dari pada-Nya. Semua sama sekali tidak menghalangi persatuan langsung umat beriman dengan Kristus. Semua ini justru memelihara persatuan itu. Maria berperan sebagai ibu bagi umat-Nya. Sekalipun tidak memudarkan atau mengurangi kepengantaraan Kristus yang khusus, namun justru memperlihatkan kuasa-Nya yaitu menjadi perantara dalam Kristus ( LG 60).

Lewat kuasa Allah, Maria yang dalam atau dengan berbagai cara selalu ikut ambil bagian dalam pengantaraan Kristus, walaupun pengantaraan Maria sendiri hanya berkaitan dengan keikutsertaan dalam pengantaraan Kristus. Maria bisa dikatakan sebagai cermin murni yang memantulkan kembali kepada Putera-Nya segala kemuliaan dan kehormatan yang diterimanya. Ia sadar bahwa pengantara satu-satunya adalah Kristus sendiri. “Karena itu kita tanpa ragu-ragu mengakui peran –serta Maria. Dia mengalami terus-menerus dan menganjurkan untuk lebih dekat kepada Sang Pengantara dan Penebus” (LG 62).

Kesadaran akan peran Maria sebagai pengantara bersifat khusus dan sekaligus luar biasa. Hal ini mengalir dari pribadi Maria sebagai Bunda Allah.  Berkat pilihan Allah, Maria menjadi Bunda duniawi Sang Putera yang sehakekat dengan Bapa. Juga Maria adalah “rekan Sang Putera” dalam karya penebusan, karena itu “dia adalah ibu kita dalam kurnia”(LG 61). Maka devosi kepada Bunda Maria: mengungkapkan permohonan Kepada Allah melalui pengantaraan Maria sebagai Bunda penolong yang dirahmati Allah dalam anugerah Roh Kudus. Maria adalah Bunda Allah, Bunda Gereja dan Bunda kita: Bunda yang senantiasa membantu dan menolong putera-puterinya untuk menyampaikan permohonan kepada Allah.

Perikop Injil Luk 1: 26-38.

Allah sejak dari semula penciptaan, mengkontemplasikan dan menilai karya agung “manusia”, pria –wanita, Sungguh amat baik (Kej 1:31). Dan mereka ditempatkan di Taman Eden. Namun karena ketidaktaatan kepada Allah untuk tidak memakan buah terlarang, maka akhirnya mereka menjadi takut dan bersembunyi karena mereka telanjang. Ketidaktaatan kepada Allah mengakibatkan manusia kehilangan identitas asal dan menjadikan mereka takut untuk bertemu dengan Allah. Padahal sejak semula Allah telah menempatkan mereka dalam damai dan harmonis dan bersekutu dengannya. Namun karena ketidaktaatan kepada Allah, manusia menjadi jauh dan bahkan takut dan bersembunyi dari hadapan Allah.

Namun Allah tidak mau agar ciptaanya yang paling baik ini binasa. Lewat para bapa bangsa, para nabi, Allah menyatakan penyertaannya bagi manusia, bangsa pilihannya. Sekalipun manusia dan bangsa pilihannya tidak taat kepadaNya, Allah tidak dapat mengingkari janjinya, identitasnya sebagai Dia yang maha kasih dan maha rahim tetap kekal selamanya.

Salam, engkau yang terberkati Maria, Tuhan menyertai engkau. Demikian salam dari Malaikat Gabriel kepada Maria. Kalimat ini tidak asing lagi bagi kita karena selalu kita doakan ketika kita berdoa salam Maria. Bunda Maria adalah model ciptaan yang selalu baik di hadapan Allah dan tempat kediaman dari anak yang paling baik dari manusia yang dilahirkan. Injil yang diwartakan hari ini adalah pewahyuan panggilan Maria dan kepenuhan dalam dirinya, janji Allah kepada manusia sejak dari semula, sejak dari penciptaan.

Allah melalui Malaikatnya, Gabriel bersabda kepada Maria: “Salam hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau”. Maria adalah dia yang telah dijanjikan Allah dari sejak semula, yang menciptakan manusia sebagai ciptaan yang sempurna, yang bersekutu dengan Allah. Maria adalah dia yang terberkati karena Allah bersama dengan dia, sebagaimana ketika Ia pertama sekali menciptakan manusia pertama dan menempatkannya di taman eden dalam damai dan bersekutu denganNya.

Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan menamai dia Yesus. Kecemasan bercampur dengan kekaguman tampak dari jawaban Maria: “ Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum besuami?” Maria membiarkan keyakinan kapada sabda Malaikat: Karena “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau sebab anak yang kau lahikan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Bunda Maria tidak kehilangan orientasi akibat banyaknya jawaban rasional yang bisa dinyatakannya, Ia tidak mengungkapkan seribu satu macam alasan, tetapi dengan kesigapan mempercayakan dan meberikan spasi, ruang bagi aksi Roh Kudus. Maria menempatkan seluruh keberadaannya dan sejarah pribadinya, agar Sabda dan kehendak Allah yang terjadi dan membawanya pada kepenuhan.

Dengan demikian, Maria telah bekerja sama secara sempurna akan proyek dan rencana Allah atas nya, maka dari itu, Maria menjadi seluruhnya baik, seluruhnya kudus. Maria seorang pribadi yang  yang luar biasa, yang patut diagungkan dan dibanggakan namun tetap rendah, kecil, miskin. Dalam Maria terpancar keindahan dan keagungan Allah yang adalah kasih, rahmat dan pemberian.

Sangat menarik untuk digarisbawahi kalimat yang diucapkan oleh Maria sebagai bentuk penyerahan dirinnya: Aku ini hamba Tuhan. Jawaban Ya Maria kepada Allah melingkupi dari sejak semula tindakan pelayanan, perhatian kepada kebutuhan sesama. Kesaksian konkret yang dilakukan oleh Maria adalah dengan mengunjungi Elisabet, yang terjadi setelah ia menerima kabar sukacita dari malaikat Gabriel.

Kesiap-sediaan dan kerelaan akan panggilan dari Allah senantisa bebarengan, bersamaan dengan kesiapsediaan dan kerelaan untuk menjadi pelayan menjadi saudara bagi sesama, saudara-saudari di sekitar kita. Semua kerelaan dan kesiapsediaan ini tidak untuk dipertontonkan, mencari kehormatan, pujian, publikasi.

Sikap rela, siap sedia adalah satu bentuk karitas belas kasih dan ini tidak membutuhkan piagam penghargaan atau penilaian luar biasa. Tindakan belas kasih dilakukan dalam keheningan, tersembunyi, tanpa menggaungkannya agar dilihat, diperhatikan, dipuji oleh banyak orang. Kita dipanggil seperti Bunda Maria, berkata Ya kepada Allah dan melakukan tidakan kasih dan pelayaan dalam keheningan, dan ketersembunyian sebagai bentuk nyata kedinaan.

Bunda Maria sebagai ‘model yang sempurna dan lengkap’, yang pantas diikuti oleh setiap insan Kristiani. Dalam diri Maria, Fransiskus melihat segala kualitas yang dirasakannya sendiri diperlukan untuk menjadi seorang pengikut Kristus yang sempurna.

Lewat sejarah hidupnya, kita bisa tahu bagaimana Fransiskus melihat Maria sebagai Model untuk mengikuti Yesus. Tempat yang paling disukai Fransiskus adalah gereja Porziuncola, gereja kecil, sederhana, yang di dedikasikan kepada Perawan Maria. Maria adalah model iman dan kesederhanaan atau boleh diterjemahkan model kemiskinan, kedinaan. Kelak Fransiskus menamai ordonya sebagai ordo saudara dina yang menyerahkan perlindungannya dibawah Bunda Maria.

Penutup

Saudara-saudara yang terkasih. Bagaimana dengan kita.

Tentu kita yang sudah mengenal Bunda Maria, lewat doa-doa, lewat devosi, refleksi dan studi yang telah, sedang dan kita lakukan terus-menerus, hendaknya mengispirasi kita untuk menjadikannya model iman dan kedinaan.

Iman adalah anugerah dari Allah, dan serentak penerimaan dari pihak manusia dengan kebebasannya untuk menjaganya. Bunda Maria, telah menjadi model iman bagi kita. Ia menerima panggilan dari Allah dan menjaganya sampai akhir. Tentu bukan tanpa tantangan dan kesulitan. Pasti ia mengalami kesulitan dan penderitaan, namun Ia justru menampakkan kesetiaannya. Maka bunda Maria adalah model bagi kita dalam beriman kepada Yesus.

Dina. Maria senantiasa bersikap dina, miskin dan sederhana. Kedinaaan yang utama tampak dalam kerelaan dan kesiapsediaannya untuk menjawab Ya pada panggilan Allah. Kerelaan menghendaki adanya pengorbanan. dan pengorbanan ini menjadi ciri khas kedinaan. Bunda Maria rela, dan siap sedia berkorban dalam mewujudkan kesetiaannya kepada panggilan Allah menjadi Bunda Yesus Kristus dan menjadi Bunda Kita. Maka bunda Maria adalah model bagi kita menjadi saudara Dia.

Dalam kehidupan kita sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi Bagaimana 2 sikap utama yang boleh kita contoh dari Bunda Maria. Bunda Maria adalah Pengantar karena ia menjadi model iman dan kedinaan dalam mengikuti Yesus.

1. Ya kepada Allah,  dengan membiarkan diri untuk disentuh dan dibentuk oleh Roh Kudus

2. Ya untuk menjadi pelayan yang dina  dalam mewujudkan cinta kasih lewat keheningan dan ketersembunyian hidup sehari-hari.

Sumber : RP Fictorium Natanael Ginting, OFMConv
Editor : Ronald Sigalinggin
g

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Search

Popular Posts

  • SUKACITA DALAM KEBERSAMAAN: PERAYAAN HARI KAKEK NENEK & LANSIA DI PAROKI ST. FRANSISKUS ASSISI PADANG BULAN MEDAN
    SUKACITA DALAM KEBERSAMAAN: PERAYAAN HARI KAKEK NENEK & LANSIA DI PAROKI ST. FRANSISKUS ASSISI PADANG BULAN MEDAN

    PadangBulan. id – Dalam semangat Tahun Yubileum Pengharapan, Paroki Santo Fransiskus Assisi Padang Bulan, Medan menyelenggarakan perayaan meriah dalam rangka Hari Kakek – Nenek dan Lansia. Tahun ini, perayaan dipadukan dengan dua kegiatan istimewa: Lomba Tarian Tradisional serta Penerimaan Sakramen Krisma khusus bagi para Lansia. Kegiatan ini mengusung tema:📖 “Berbahagialah yang tidak kehilangan harapannya” (Sirakh…

  • Perlombaan Tari Daerah OMK dan Modern Dance BIR Meriahkan 50 Tahun Paroki St. Fransiskus Assisi Padang Bulan – Medan
    Perlombaan Tari Daerah OMK dan Modern Dance BIR Meriahkan 50 Tahun Paroki St. Fransiskus Assisi Padang Bulan – Medan

    Dalam rangka memeriahkan perayaan 50 Tahun Paroki St. Fransiskus Assisi Padang Bulan – Medan, berbagai kegiatan perlombaan diadakan untuk Orang Muda Katolik (OMK) dan Bina Iman Remaja (BIR). Kegiatan ini berlangsung meriah dan penuh antusiasme, diikuti oleh peserta dari berbagai lingkungan dan stasi yang ada di bawah naungan Paroki St. Fransiskus Assisi. 1. LOMBA TARI…

  • Galeri Foto Komuni I
    Galeri Foto Komuni I

    Berikut Link Foto Komuni I di Stasi St Petrus Simp Kwala: https://drive.google.com/drive/folders/1kIZrLp7xshTWHCs41-kGn9pdeAKRThvc Berikut Link Foto Komuni I di Stasi St Paulus Pasar Baru: https://drive.google.com/drive/folders/1z5ChwzOeDNdEc9KucGuZf56X5Jk23DMw Berikut Link Foto Komuni I di Gereja Paroki St Fransiskus Assisi Padang Bulan: https://drive.google.com/drive/folders/1thBsnh_O3y-xdtGvK0q2BcNfTB6fXihv

Categories